Kamis, 22 April 2010

Cerita 3 : Diandra


"medium Caramel Latte with ice..?"
"Ya mas,terimakasih."jawabku pada si waiter yang membawakan minuman pesananku. Ini gelas ke dua, 2 jam sudah aku menunggu Rifki disini.Duduk sendiri di coffee shop favoritku dan Rifki.Sengaja kupilih tempat di sudut agar lebih privasi dan tersembunyi.Aku sedang tak ingin diganggu pemandangan orang berlalu lalang.

Hari ini aku harus membuat keputusan yang cukup berat.Aku harus memutuskan hubungan kasih ku dengat Rifki.Pemuda yang sudah menghiasi hari hari ku selama 3 bulan terakhir.Berat,karena entah kenapa ketika awal aku berkenalan dengannya,aku merasa dialah jodohku.Sangat nyaman berda disisi Rifki.Ia terbilang cukup muda untuk menjabat sebagai Manajer HRD sebuah perusahan vendor tambang emas di Indonesia,usianya bahkan belum 30 tahun..26 tahun tepatnya. Awal perkenalan yang singkat sudah cukup membuat kami merasa cocok satu sama lain.Rifki orang yang sangat enak diajak bicara,wawasan nya luas dan tidak suka men-judge sesuatu seenaknya tanpa menilai dari kedua sisi.Aku suka memandanginya ketika sedang membicarakan hobi traveling nya,matanya akan berbinar semangat dan suaranya akan menjadi riang,seperti anak kecil yang dibelikan mainan baru.Ekspresinya jutaan.Aku tak pernah bosan menghabiskan waktu dengannya.Bahkan jika harus mencuri curi waktu makan siang hanya untuk menemuinya dan makan bersama.

Senyum kecil menghiasi wajahku,mungkin para tamu di cafe ini mulai menganggapku gila karena sejak tadi aku termangu,tertawa kecil dan tersenyum senyum sendiri.Masih lekat di ingatanku ketika kami mempraktekkan berciuman di lift.Yang membuat hal ini semakin konyol adalah saat kami membahas beberapa film yang memiliki adegan berciuman di lift. elama 2 hari,dengan perasaan ragu untuk saling menawarkan prakteknya.Sampai pada akhirnya suatu hari di jam makan siang,aku berinisiatif mengajak Rifki kabur sejenak untuk menonton film terbaru dari aktor favoritku,The Ugly Truth.Ketika melihat adegan si Gerard butler dan lawan mainnya berciuman di lift,kami saling berpandangan dan tertawa geli. "Mungkin cuma kita doank ya yang mau ciuman di lift aja ampe dibahas dua hari..hahahaha" Rifki berkata dengan tawa tertahan. Manis sekali..Benar saja,ketika mengantarkan ku kembali ke kantor,ia ikut naik sampai ke kantor ku dilantai 7, dengan alasan ia mau menyapa Pak Miki,sepupunya yang sekantor denganku.Aku sudah curiga..kutatap curiga wajah Rifki yang tersenyum senyum simpul memandangiku.Ya benar saja,baru sampai dilantai 6,tangan kanannya menekan tombol darurat,dan lift pun berhenti.Kupandangi senyum isengnya ketika menarikku ke pelukannya. dan kemudian menciumku. Sebenarnya tak ada yang spesial dari sebuah adegan ciuman di lift,tapi jika kau bekerja di gedung bertingkat,kau harus mencoba tantangan tersebut.Rifki melepas tangannya dari tombol darurat dan pintu lift terbuka di lantai 7. Aku berjalan keluar dan mendengarnya berkata "udah ga penasarankan?aku balik yaa....bye!" Lift tertutup dan ia turun kebawah.Meninggalkanku yang melongo, akupun tersenyum malu dan kembali keruanganku.

Begitu banyak kenangan indah bersama Rifki.Selama 3 bulan ini hanya kenangan manis yang kudapat.Kami tak pernah bertengkar.Dia cukup dekat dengan ibuku,menurutnya ibuku sudah ia anggap seperti Ibunya yang sudah lama meninggalkannya.Ibuku pun sayang padanya. Namun setiap kali Ibu bertanya tentang keseriusan hubunganku dengan Rifki,aku hanya bisa diam dan berlalu.Dan akhirnya aku bisa punya jawaban untuk ibu.Aku akan berpisah dengan Rifki hari ini.Sore ini.Ditempat ini.Murung kembali menghantuiku.

"Udah lama?" sentuhan tangan dibahuku menyentakkanku dari lamunan.Ini dia pria yg harus kurelakan.Rifki datang dengan kemeja hitam dan dasi yang tak rapi,pasti ia baru menghadapi kemacetan yang panjang. "Lumayan" jawabku tanpa memandangnya.Ia memesan minuman dan duduk disampingku.Mataku mulai panas. "Aku udah ga mau basa basi,jadi langsung aja.Aku pikir kita harus bubar.hubungan ini ga sehat dan ga punya masa depan.Aku capek!!"ujarku perlahan.Rifki tak bereaksi,sepertinya ia sudah menduga cepat atau lambat ia pasti akan kehilanganku.Ia menggenggam erat tanganku dan berkata "Maafin aku ya.Aku sayang banget sama kamu tulus.Hanya mungkin sayang aku ke kamu adalah kesalahan besar,tapi aku g kan pernah nyesel" matanya menatapku penuh harap.Tumpah sudah air mataku yg dari tadi kutahan.Kupeluk erat mantan kekasihku dan diciumnya keningku.

Aku mengahpus airmata,berdiri dan beranjak pulang. "Terimakasih udah jadi seseorang dalam hidupku.Aku juga g nyesel sayang sama kamu.Tapi istrimu lebih berhak atas kamu." Kumantapkan langkahku ke depan,tanpa menoleh lagi kebelakan.Bye mas Rifki..


ya,,Rifki adalah pemuda 26 tahun yang bekerja sebagai manajer HRD di sebuah perusahaan swasta.Berkulit putih dengan tinggi 175cm.Memiliki istri bernama Tania dan seorang malaikat kecil berumur 6 bulan,Kalista.Besok pernikahan mereka menginjak tahun ketiga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar